Temukan 7 Hal Penting tentang sejarah tarawih: Asal-usul, Hikmah, dan Perkembangannya

aisyiyah

sejarah tarawih

Shalat sunnah yang dikerjakan khusus pada bulan Ramadan setelah shalat Isya dan sebelum shalat Witir ini memiliki keutamaan yang luar biasa. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara berjamaah di masjid maupun sendirian di rumah. Kehadiran shalat tarawih menjadi salah satu ciri khas bulan suci Ramadan dan memperkuat ikatan umat Muslim. Shalat ini juga menjadi momen refleksi dan peningkatan spiritual di bulan yang penuh berkah.

Sebagai contoh, komunitas Muslim di berbagai belahan dunia berbondong-bondong ke masjid untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Mereka mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh imam, menambah kekhusyukan ibadah. Setelah shalat, seringkali diadakan ceramah agama yang memberikan pencerahan dan memperkaya pemahaman keislaman. Momen kebersamaan ini mempererat tali silaturahmi antar sesama Muslim.

Sejarah Tarawih

Shalat Tarawih memiliki sejarah yang panjang dan kaya, berakar dari masa Rasulullah SAW. Meskipun belum diwajibkan pada masa beliau, Rasulullah SAW pernah melaksanakan shalat malam di bulan Ramadan secara berjamaah. Namun, beliau kemudian menghentikan praktik ini karena khawatir akan diwajibkan bagi umat Muslim. Kebijakan ini menunjukkan betapa Rasulullah SAW memperhatikan kemudahan dan keringanan bagi umatnya dalam beribadah.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, shalat Tarawih kembali dihidupkan dan dilaksanakan secara berjamaah di masjid. Umar bin Khattab menunjuk Ubay bin Ka’ab sebagai imam shalat Tarawih. Keputusan ini diambil setelah melihat umat Muslim melaksanakan shalat malam secara terpisah-pisah di masjid, dan beliau ingin menyatukan mereka dalam satu jamaah yang dipimpin oleh seorang imam. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan Umar bin Khattab dalam mengatur umat dan menjaga persatuan.

Pelaksanaan shalat Tarawih berjamaah di masa Umar bin Khattab menjadi landasan praktik yang terus berlanjut hingga saat ini. Shalat Tarawih menjadi salah satu ibadah yang identik dengan bulan Ramadan. Umat Muslim di seluruh dunia melaksanakan shalat Tarawih dengan penuh khidmat dan kegembiraan, mengikuti jejak para sahabat Rasulullah SAW dan para khalifah terdahulu.

Simak Video untuk sejarah tarawih:


Jumlah rakaat shalat Tarawih juga bervariasi, ada yang melaksanakan 8 rakaat dan 3 rakaat witir, ada pula yang melaksanakan 20 rakaat dan 3 rakaat witir. Perbedaan jumlah rakaat ini tidak menjadi perdebatan yang signifikan, karena keduanya memiliki dasar dan dalil masing-masing. Yang terpenting adalah melaksanakan shalat Tarawih dengan ikhlas dan khusyuk, mengharapkan ridha Allah SWT.

Keutamaan shalat Tarawih sangatlah besar. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melakukan shalat malam di bulan Ramadan dengan iman dan ihtisab (mengharapkan pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan betapa besarnya pahala yang dijanjikan bagi mereka yang melaksanakan shalat Tarawih dengan sungguh-sungguh.

Selain pengampunan dosa, shalat Tarawih juga memiliki manfaat spiritual lainnya, seperti mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta menenangkan hati dan jiwa. Di bulan Ramadan, umat Muslim berlomba-lomba untuk memperbanyak ibadah, dan shalat Tarawih menjadi salah satu ibadah yang paling dianjurkan.

Shalat Tarawih juga menjadi momen yang tepat untuk merenungkan diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Di tengah kesibukan duniawi, shalat Tarawih memberikan kesempatan untuk menjernihkan pikiran dan hati, serta memohon ampunan atas segala kesalahan yang telah diperbuat.

Dengan memahami sejarah dan keutamaan shalat Tarawih, diharapkan umat Muslim dapat melaksanakan ibadah ini dengan lebih khusyuk dan penuh makna. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita di bulan Ramadan yang penuh berkah ini.

Poin-Poin Penting tentang Sejarah Tarawih

  1. Dilaksanakan pada bulan Ramadan. Shalat Tarawih merupakan shalat sunnah yang hanya dikerjakan pada bulan Ramadan, setelah shalat Isya dan sebelum shalat Witir. Pelaksanaannya menjadi salah satu ciri khas bulan suci ini dan menambah semarak ibadah di malam hari. Umat Muslim berbondong-bondong ke masjid untuk melaksanakan shalat Tarawih berjamaah, menciptakan suasana yang khidmat dan penuh kebersamaan.
  2. Berakar dari masa Rasulullah SAW. Meskipun tidak diwajibkan, Rasulullah SAW pernah melaksanakan shalat malam di bulan Ramadan secara berjamaah. Namun, beliau kemudian menghentikan praktik ini karena khawatir akan memberatkan umatnya. Hal ini menunjukkan kasih sayang dan perhatian Rasulullah SAW terhadap umatnya.
  3. Ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Shalat Tarawih kembali dihidupkan dan dilaksanakan secara berjamaah di masjid pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Beliau menunjuk Ubay bin Ka’ab sebagai imam shalat Tarawih, menyatukan umat Muslim dalam satu jamaah. Kebijakan ini menjadi landasan praktik shalat Tarawih hingga saat ini.
  4. Jumlah rakaat bervariasi. Terdapat perbedaan jumlah rakaat shalat Tarawih, ada yang 8 rakaat dan ada yang 20 rakaat, dilanjutkan dengan 3 rakaat witir. Perbedaan ini tidak menjadi perdebatan yang krusial, karena keduanya memiliki dasar dan dalil masing-masing. Yang terpenting adalah melaksanakannya dengan ikhlas dan khusyuk.
  5. Memiliki keutamaan yang besar. Shalat Tarawih memiliki keutamaan yang luar biasa, di antaranya adalah pengampunan dosa, peningkatan keimanan dan ketakwaan, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di bulan Ramadan, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, termasuk shalat Tarawih.
  6. Momen refleksi dan peningkatan spiritual. Shalat Tarawih menjadi momen yang tepat untuk merenungkan diri, memperbaiki hubungan dengan Allah SWT, dan memohon ampunan atas segala kesalahan. Di tengah kesibukan duniawi, shalat Tarawih memberikan kesempatan untuk menjernihkan pikiran dan hati.
  7. Dilaksanakan dengan khusyuk dan penuh makna. Dengan memahami sejarah dan keutamaannya, diharapkan umat Muslim dapat melaksanakan shalat Tarawih dengan lebih khusyuk dan penuh makna. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita di bulan Ramadan yang penuh berkah.

Tips Melaksanakan Tarawih dengan Khusyuk

  • Mempersiapkan diri sebelum shalat. Pastikan berwudhu dengan sempurna, memakai pakaian yang bersih dan rapi, serta datang ke masjid lebih awal agar dapat mempersiapkan hati dan pikiran untuk shalat. Menghindari percakapan yang tidak perlu dan fokus pada ibadah yang akan dilakukan.
  • Membaca doa iftitah dengan khusyuk. Bacalah doa iftitah dengan perlahan dan pahami maknanya. Resapi setiap kata yang diucapkan dan hayati kehadiran Allah SWT di hadapan kita. Dengan demikian, hati akan lebih tenang dan khusyuk dalam melaksanakan shalat.
  • Memperhatikan bacaan imam. Dengarkan bacaan imam dengan seksama dan ikuti gerakannya dengan tertib. Hindari melamun atau memikirkan hal-hal lain yang dapat mengganggu konsentrasi. Fokus pada bacaan Al-Quran dan dzikir yang diucapkan.
  • Berdoa dengan sungguh-sungguh. Pada saat sujud, panjatkan doa dan permohonan kepada Allah SWT dengan penuh kerendahan hati dan kesungguhan. Ungkapkan segala harapan dan keinginan, serta mohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan.

Shalat Tarawih merupakan ibadah sunnah yang memiliki keistimewaan di bulan Ramadan. Pelaksanaannya di malam hari setelah shalat Isya memberikan ketenangan dan kedamaian bagi umat Muslim. Momentum ini menjadi kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon ampunan atas segala dosa.

Sejarah shalat Tarawih yang panjang menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini bagi umat Muslim. Dari masa Rasulullah SAW hingga saat ini, shalat Tarawih terus dilestarikan dan dijalankan dengan penuh khidmat. Generasi demi generasi mewarisi tradisi ibadah ini sebagai bentuk kecintaan kepada Allah SWT.

Keutamaan shalat Tarawih yang begitu besar menjadi motivasi bagi umat Muslim untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Pengampunan dosa, peningkatan keimanan, dan kedekatan dengan Allah SWT merupakan janji yang diberikan kepada mereka yang ikhlas beribadah.

Pelaksanaan shalat Tarawih secara berjamaah di masjid juga mempererat tali silaturahmi antar sesama Muslim. Kebersamaan dalam beribadah menciptakan suasana yang harmonis dan penuh persaudaraan. Momen ini juga menjadi kesempatan untuk saling berbagi dan mengingatkan dalam kebaikan.

Bagi yang tidak dapat melaksanakan shalat Tarawih berjamaah di masjid, shalat Tarawih dapat dikerjakan sendirian di rumah. Meskipun pahalanya tidak sebesar berjamaah, tetap mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Yang terpenting adalah niat yang ikhlas dan pelaksanaan yang khusyuk.

Membaca Al-Quran selama shalat Tarawih juga menjadi amalan yang dianjurkan. Mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran dapat menenangkan hati dan meningkatkan keimanan. Tadabbur atau merenungkan makna ayat-ayat Al-Quran dapat memberikan pencerahan dan hikmah dalam kehidupan.

Selain shalat Tarawih, umat Muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah lainnya di bulan Ramadan, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, bersedekah, dan berpuasa. Semua amalan ini merupakan bentuk ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT.

Semoga di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, kita dapat meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Shalat Tarawih menjadi salah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Mari kita laksanakan shalat Tarawih dengan khusyuk dan penuh keikhlasan.

Menjaga konsistensi dalam melaksanakan shalat Tarawih sepanjang bulan Ramadan merupakan tantangan tersendiri. Namun, dengan niat yang kuat dan disiplin yang tinggi, kita dapat meraih keberkahan dan pahala yang berlipat ganda. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita.

Semoga artikel ini memberikan manfaat dan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah dan keutamaan shalat Tarawih. Mari kita jadikan bulan Ramadan sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT.

Pertanyaan Seputar Tarawih

Muhammad Al-Farisi: Apakah boleh shalat Tarawih dikerjakan kurang dari 8 rakaat?

KH. Sufyan Sauri, M.A.: Shalat Tarawih paling sedikit dikerjakan 8 rakaat dilanjutkan dengan witir 3 rakaat. Melakukan shalat Tarawih kurang dari 8 rakaat hukumnya sah tetapi lebih utama menyempurnakannya menjadi 8 atau 20 rakaat sesuai anjuran yang lebih kuat. Anjuran 8 rakaat didasarkan pada praktik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sementara 20 rakaat didasarkan pada praktik yang dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

Ahmad Zainuddin: Bagaimana hukumnya jika tertinggal beberapa rakaat shalat Tarawih berjamaah?

KH. Sufyan Sauri, M.A.: Jika tertinggal beberapa rakaat shalat Tarawih berjamaah, Anda dapat mengikutinya dan menyempurnakan rakaat yang tertinggal setelah imam selesai salam. Niatkan shalat tersebut sebagai shalat Tarawih dan lakukan sujud sahwi sebelum salam. Hal ini sesuai dengan anjuran para ulama agar jamaah tetap mendapatkan pahala shalat Tarawih secara sempurna.

Bilal Ramadhan: Apa hukumnya membaca Al-Quran dengan suara keras saat shalat Tarawih?

KH. Sufyan Sauri, M.A.: Membaca Al-Quran dengan suara keras saat shalat Tarawih diperbolehkan, terutama pada rakaat-rakaat ganjil. Namun, perlu diperhatikan agar tidak mengganggu jamaah lain yang sedang shalat. Imam disarankan membaca dengan suara yang merdu dan tidak terlalu keras, sehingga jamaah dapat mendengarkan dengan khusyuk dan nyaman.

Fadhlan Syahreza: Bagaimana jika saya tidak kuat melaksanakan shalat Tarawih 20 rakaat?

KH. Sufyan Sauri, M.A.: Jika tidak kuat melaksanakan shalat Tarawih 20 rakaat, Anda boleh mengerjakannya 8 rakaat dilanjutkan dengan witir 3 rakaat. Tidak ada paksaan dalam beribadah, yang terpenting adalah melaksanakannya dengan ikhlas dan sesuai dengan kemampuan. Allah SWT lebih menyukai ibadah yang dikerjakan dengan istiqomah meskipun sedikit, daripada yang banyak tetapi memberatkan.

Artikel Terkait

Bagikan:

Artikel Terbaru