Inilah 24 Manfaat Pasang Surut Air Laut, Tingkatkan Kesuburan Tanah – E-Journal

aisyiyah

Dinamika pasang surut air laut, yang merupakan fluktuasi periodik muka air laut akibat gaya gravitasi Bulan dan Matahari, memiliki implikasi signifikan terhadap ekosistem pesisir.

Interaksi kompleks antara daratan dan lautan ini menciptakan zona transisi unik yang dikenal sebagai lahan pasang surut, yang secara alami dipengaruhi oleh siklus surut-pasang.

Dalam konteks pertanian, pengaruh ini dapat dimanfaatkan secara strategis untuk mengoptimalkan produksi dan keberlanjutan sistem budidaya. Pengelolaan yang tepat terhadap ritme alami ini memungkinkan pengembangan praktik pertanian adaptif yang selaras dengan kondisi lingkungan pesisir.

manfaat pasang surut air laut di bidang pertanian

  1. Irigasi Alami pada Lahan Pasang Surut

    Siklus pasang surut menyediakan mekanisme irigasi alami yang efisien untuk lahan pertanian yang terletak di zona intertidal atau berdekatan dengan garis pantai.

    Air pasang membawa air ke dalam sistem kanal dan parit, secara otomatis mengisi area pertanian dengan air.

    Hal ini mengurangi ketergantungan pada sistem irigasi buatan yang memerlukan energi dan infrastruktur mahal, seperti yang banyak dilaporkan dalam studi mengenai pertanian lahan rawa pasang surut di Asia Tenggara.

    Proses irigasi otomatis ini sangat menguntungkan bagi tanaman yang membutuhkan pasokan air konstan namun tidak toleran terhadap genangan air berlebihan, seperti beberapa varietas padi.

    Saat air surut, kelebihan air dapat mengalir keluar, mencegah kondisi anaerobik yang merugikan akar tanaman.

    Sistem ini juga membantu dalam pencucian garam dari zona perakaran pada periode tertentu, menjaga salinitas tanah tetap optimal untuk pertumbuhan tanaman.

  2. Pengendalian Intrusi Air Asin

    Manajemen yang cermat terhadap pasang surut dapat menjadi alat efektif untuk mengendalikan intrusi air asin ke dalam akuifer air tawar di wilayah pesisir.

    Pada saat pasang, air laut dapat dimanfaatkan untuk membentuk barier hidrolik yang menekan pergerakan air asin ke daratan.

    Strategi ini sangat penting di daerah dengan pengambilan air tanah yang intensif, sebagaimana diuraikan dalam banyak laporan hidrologi pesisir.


    manfaat pasang surut air laut di bidang pertanian

    Pengelolaan pintu air atau tanggul yang merespons siklus pasang surut memungkinkan petani untuk mengatur aliran air, mencegah masuknya air laut ke area pertanian yang rentan terhadap salinisasi.

    Dengan demikian, lahan pertanian dapat tetap produktif tanpa terganggu oleh peningkatan kadar garam yang merusak tanaman. Hal ini juga membantu menjaga kualitas air tanah untuk kebutuhan irigasi jangka panjang.

  3. Deposisi Sedimen Kaya Nutrisi

    Air pasang seringkali membawa suspensi sedimen halus yang kaya akan material organik dan anorganik dari laut atau muara sungai.

    Sedimen ini mengendap di lahan pertanian pasang surut saat air melambat, secara bertahap membangun lapisan tanah yang subur.

    Proses ini mirip dengan pemupukan alami, meningkatkan kandungan hara tanah tanpa perlu input kimia tambahan, sebuah fenomena yang telah lama diamati dalam ekologi delta.

    Penambahan nutrisi ini, termasuk nitrogen, fosfor, dan kalium, secara signifikan meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih baik.

    Dalam jangka panjang, deposisi sedimen juga dapat membantu dalam regenerasi tanah yang terdegradasi dan meningkatkan kapasitas retensi air tanah. Manfaat ini sangat terasa pada lahan-lahan yang telah lama dibudidayakan dan rentan terhadap penipisan nutrisi.

  4. Peningkatan Kesuburan Tanah Secara Alami

    Selain deposisi sedimen, fluktuasi air pasang surut berkontribusi pada peningkatan kesuburan tanah melalui proses biokimia. Pergerakan air membawa serta oksigen ke dalam tanah saat pasang dan memungkinkan drainase serta aerasi saat surut.

    Kondisi ini mendukung aktivitas mikroba tanah yang penting untuk dekomposisi bahan organik dan siklus nutrisi, seperti yang dijelaskan dalam literatur ilmu tanah tentang ekosistem lahan basah.

    Ketersediaan oksigen yang cukup dan lingkungan yang tidak terlalu jenuh air (selama surut) menciptakan kondisi optimal bagi bakteri pengikat nitrogen dan organisme lain yang berperan dalam mineralisasi nutrisi.

    Proses ini mengubah bentuk nutrisi yang tidak tersedia menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman, mengurangi kebutuhan akan pupuk anorganik dan mempromosikan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.

  5. Pencegahan Genangan Air Berlebihan

    Siklus surut alami menyediakan mekanisme drainase yang efektif, mencegah genangan air berlebihan yang dapat merusak sebagian besar tanaman pertanian.

    Ketika air surut, kelebihan air di lahan pertanian mengalir kembali ke laut atau sungai, menjaga aerasi zona perakaran tetap optimal.

    Ini sangat krusial untuk tanaman yang sensitif terhadap kondisi anoksik, seperti padi sawah yang membutuhkan periode kering atau tanaman hortikultura yang tidak tahan genangan.

    Tanpa drainase alami ini, lahan pertanian di dataran rendah pesisir akan sangat rentan terhadap genangan permanen, yang dapat menyebabkan kematian akar, penyakit tanaman, dan akumulasi senyawa beracun dalam tanah.

    Oleh karena itu, pasang surut berperan sebagai regulator hidrologi alami yang menjaga keseimbangan kelembaban tanah, memastikan kondisi tumbuh yang sehat bagi tanaman pertanian.

  6. Aerasi Tanah Secara Periodik

    Pergerakan air pasang surut secara periodik membantu aerasi tanah, terutama pada lahan yang cenderung padat atau memiliki drainase buruk.

    Saat air surut, pori-pori tanah yang sebelumnya terisi air akan terisi oleh udara, membawa oksigen ke dalam profil tanah.

    Oksigen ini vital untuk respirasi akar tanaman dan aktivitas mikroba tanah yang bertanggung jawab atas siklus nutrisi, sebuah prinsip dasar dalam fisiologi tanah.

    Aerasi yang baik mencegah penumpukan gas beracun seperti metana dan hidrogen sulfida yang dapat terbentuk di kondisi anaerobik.

    Hal ini juga meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap nutrisi dan air secara efisien, mendukung pertumbuhan akar yang kuat dan sehat.

    Dengan demikian, pasang surut berkontribusi pada penciptaan lingkungan tanah yang lebih dinamis dan produktif bagi pertanian.

  7. Mendukung Budidaya Padi Pasang Surut

    Sistem pasang surut adalah fondasi bagi budidaya padi pasang surut, varietas padi khusus yang telah beradaptasi dengan fluktuasi air asin dan tawar.

    Pasang surut menyediakan irigasi dan drainase yang diperlukan, sementara petani dapat mengatur salinitas dengan membuka atau menutup pintu air sesuai kebutuhan tanaman.

    Model pertanian ini telah sukses diterapkan di banyak negara Asia Tenggara, seperti yang didokumentasikan oleh IRRI (International Rice Research Institute).

    Padi pasang surut seringkali ditanam di lahan gambut atau aluvial pesisir, di mana pasang surut membantu dalam pengelolaan keasaman tanah dan pencucian senyawa beracun.

    Produktivitas padi di lahan semacam ini dapat ditingkatkan secara signifikan dengan memanfaatkan dinamika air pasang surut untuk mengoptimalkan kondisi tumbuh. Ini menunjukkan adaptasi luar biasa antara praktik pertanian dan fenomena alam.

  8. Memfasilitasi Budidaya Perikanan/Tambak Terintegrasi

    Fluktuasi pasang surut sangat krusial untuk sistem pertanian terintegrasi seperti minapadi atau tambak yang dikombinasikan dengan pertanian.

    Air pasang digunakan untuk mengisi tambak dengan air laut atau air payau, membawa benih ikan atau udang, dan menyediakan sirkulasi air yang dibutuhkan.

    Saat surut, air dapat dikeringkan sebagian atau seluruhnya untuk panen atau pembersihan, seperti yang dijelaskan dalam panduan akuakultur berkelanjutan.

    Sistem ini tidak hanya menghemat biaya pemompaan air tetapi juga memungkinkan pertukaran nutrisi antara komponen pertanian dan perikanan. Limbah dari ikan dapat menjadi pupuk alami bagi tanaman, sementara sisa tanaman dapat menjadi pakan tambahan.

    Integrasi ini meningkatkan efisiensi sumber daya dan diversifikasi pendapatan petani, menunjukkan sinergi antara pasang surut dan praktik agrikultur.

  9. Pengelolaan Salinitas untuk Tanaman Toleran Garam

    Bagi tanaman halofit atau tanaman toleran garam, pasang surut dapat dimanfaatkan untuk mengelola tingkat salinitas di zona perakaran.

    Petani dapat mengatur frekuensi dan durasi kontak air laut dengan lahan untuk mempertahankan tingkat garam yang optimal bagi pertumbuhan tanaman tertentu.

    Penelitian menunjukkan bahwa beberapa tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik pada salinitas moderat jika dikelola dengan tepat.

    Pendekatan ini memungkinkan budidaya tanaman pangan atau pakan di lahan pesisir yang sebelumnya dianggap tidak produktif karena salinitas tinggi. Misalnya, beberapa varietas gandum atau pakan ternak dapat diadaptasi untuk tumbuh di lingkungan payau.

    Pasang surut memberikan kontrol alami atas kondisi lingkungan yang menantang, membuka peluang baru untuk diversifikasi pertanian di wilayah pesisir.

  10. Pemasukan Bahan Organik ke Lahan

    Air pasang sering membawa serta material organik, seperti serasah daun dari mangrove atau vegetasi pesisir lainnya, serta sisa-sisa organisme laut.

    Material ini mengendap di lahan pertanian saat air surut, berkontribusi pada akumulasi bahan organik dalam tanah.

    Bahan organik ini sangat penting untuk kesehatan tanah, meningkatkan struktur, kapasitas tukar kation, dan kemampuan retensi air, sebagaimana ditegaskan dalam banyak publikasi pedologi.

    Akumulasi bahan organik ini juga mendukung populasi mikroba tanah yang sehat, yang berperan dalam siklus nutrisi dan penekanan penyakit.

    Dengan demikian, pasang surut tidak hanya menyediakan nutrisi anorganik tetapi juga memperkaya tanah dengan komponen organik esensial, mengurangi ketergantungan pada pupuk organik tambahan dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang.

  11. Reduksi Kebutuhan Energi untuk Pompa Irigasi

    Dengan memanfaatkan aliran alami air pasang untuk irigasi, petani dapat secara signifikan mengurangi atau bahkan menghilangkan kebutuhan akan pompa air bertenaga listrik atau bahan bakar.

    Hal ini menghasilkan penghematan biaya operasional yang substansial, sebuah keuntungan ekonomis yang penting bagi petani kecil. Studi kasus di daerah delta menunjukkan bahwa sistem irigasi pasang surut jauh lebih hemat energi dibandingkan sistem konvensional.

    Pengurangan konsumsi energi juga berkontribusi pada jejak karbon yang lebih rendah dari kegiatan pertanian, menjadikannya praktik yang lebih ramah lingkungan.

    Ketersediaan air tanpa biaya energi tambahan meningkatkan profitabilitas pertanian dan mengurangi risiko fluktuasi harga bahan bakar, memberikan stabilitas ekonomi bagi komunitas pertanian pesisir.

  12. Pembentukan Ekosistem Mangrove sebagai Pelindung

    Pasang surut menciptakan kondisi ideal untuk pertumbuhan ekosistem mangrove, yang secara tidak langsung memberikan manfaat besar bagi pertanian pesisir. Mangrove bertindak sebagai benteng alami yang melindungi lahan pertanian dari gelombang pasang, erosi pantai, dan badai.

    Akar-akar mangrove yang lebat juga memerangkap sedimen, membantu dalam stabilisasi garis pantai, sebagaimana diakui dalam penelitian konservasi pesisir.

    Selain perlindungan fisik, mangrove juga berfungsi sebagai penyaring alami, menjernihkan air yang masuk ke lahan pertanian dari sedimen dan polutan.

    Ekosistem ini juga merupakan habitat penting bagi berbagai spesies ikan dan krustasea, yang dapat menjadi sumber protein tambahan bagi masyarakat petani atau bahkan menjadi bagian dari sistem akuakultur terintegrasi.

  13. Penyediaan Habitat bagi Organisme Air (Pengendalian Hama Alami)

    Saluran air dan lahan basah yang terbentuk oleh pasang surut menyediakan habitat yang kaya bagi berbagai organisme air, termasuk ikan kecil, kepiting, dan serangga air.

    Banyak dari organisme ini berperan sebagai predator alami bagi hama pertanian, seperti serangga yang menyerang padi atau larva nyamuk. Ini mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia, sebuah strategi yang selaras dengan prinsip pertanian berkelanjutan.

    Kehadiran keanekaragaman hayati ini menciptakan keseimbangan ekologis yang lebih stabil di ekosistem pertanian. Misalnya, beberapa spesies ikan yang hidup di saluran pasang surut dapat mengonsumsi gulma air yang tumbuh di sawah.

    Dengan demikian, pasang surut berkontribusi pada layanan ekosistem alami yang mendukung pengendalian hama dan gulma, mengurangi biaya input dan dampak lingkungan.

  14. Stabilisasi Muka Air Tanah

    Fluktuasi pasang surut dapat membantu menstabilkan muka air tanah di wilayah pesisir, terutama di daerah yang rentan terhadap kekeringan atau kelebihan air.

    Saat pasang, air mengisi kembali akuifer dangkal, mencegah penurunan muka air tanah yang berlebihan. Saat surut, air dapat mengalir keluar, mencegah saturasi berlebihan yang dapat merusak akar tanaman, sebuah mekanisme yang relevan dalam hidrogeologi pesisir.

    Kondisi muka air tanah yang stabil ini sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman karena memastikan ketersediaan air yang konsisten di zona perakaran.

    Hal ini mengurangi stres air pada tanaman selama musim kemarau dan mencegah kondisi anaerobik yang merugikan selama musim hujan. Pasang surut bertindak sebagai “katup” alami yang mengatur level air tanah untuk kondisi optimal.

  15. Pembersihan Sisa Metabolisme pada Tambak

    Dalam sistem akuakultur yang memanfaatkan pasang surut, aliran air yang masuk dan keluar secara periodik membantu dalam pembersihan sisa metabolisme ikan atau udang serta sisa pakan yang tidak termakan.

    Air pasang membawa air bersih dan oksigen segar ke dalam tambak, sementara air surut membantu mengeluarkan limbah. Proses ini mengurangi akumulasi amonia dan nitrit yang beracun, seperti yang ditekankan dalam praktik budidaya perairan.

    Sirkulasi air alami ini sangat penting untuk menjaga kualitas air yang optimal di dalam tambak, mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup organisme budidaya.

    Dengan demikian, pasang surut berperan sebagai sistem filtrasi dan aerasi alami, yang mengurangi kebutuhan akan aerator mekanis dan penggantian air manual, menghemat biaya dan tenaga kerja.

  16. Peningkatan Keanekaragaman Hayati di Lahan Pertanian Pesisir

    Zona pasang surut menciptakan mosaik habitat yang beragam, mendukung keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibandingkan lahan pertanian monokultur.

    Interaksi antara air tawar dan air laut, serta periode basah dan kering, menarik berbagai spesies flora dan fauna.

    Keanekaragaman ini tidak hanya bernilai ekologis tetapi juga dapat memberikan layanan ekosistem yang bermanfaat bagi pertanian, seperti penyerbukan dan pengendalian hama, sebagaimana dibahas dalam ekologi lanskap.

    Kehadiran beragam spesies, termasuk serangga penyerbuk, burung pemakan serangga, dan amfibi, dapat meningkatkan resiliensi ekosistem pertanian terhadap gangguan.

    Lahan pertanian yang terintegrasi dengan ekosistem pasang surut seringkali memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap wabah hama dan penyakit, serta mampu mempertahankan produktivitas jangka panjang tanpa input kimia berlebihan.

  17. Mitigasi Dampak Kenaikan Permukaan Air Laut

    Pengelolaan lahan pasang surut, termasuk pengembangan sistem pertanian yang adaptif, dapat menjadi bagian dari strategi mitigasi dampak kenaikan permukaan air laut.

    Lahan pasang surut yang sehat, terutama dengan keberadaan mangrove, dapat mengakumulasi sedimen vertikal, memungkinkan daratan untuk “tumbuh” seiring dengan kenaikan muka air laut.

    Ini menciptakan penyangga alami bagi daerah pedalaman, seperti yang disarankan oleh penelitian perubahan iklim.

    Dengan demikian, pertanian yang memanfaatkan pasang surut tidak hanya beradaptasi dengan kondisi pesisir yang dinamis tetapi juga berkontribusi pada ketahanan wilayah terhadap ancaman iklim.

    Pengembangan varietas tanaman toleran salinitas dan sistem agroforestri pesisir menjadi kunci dalam membangun sistem pertanian yang resilien di garis depan perubahan iklim.

  18. Potensi Pengembangan Agroforestri Pesisir

    Pasang surut mendukung pengembangan sistem agroforestri di wilayah pesisir, di mana tanaman pertanian dikombinasikan dengan pohon-pohonan, termasuk spesies toleran garam seperti nipah atau kelapa.

    Pohon-pohon ini dapat membantu menstabilkan tanah, menyediakan naungan, dan berkontribusi pada keanekaragaman hayati. Fluktuasi air pasang surut menyediakan air dan nutrisi bagi kedua komponen sistem, sebagaimana dicontohkan di beberapa negara tropis.

    Sistem agroforestri pesisir menawarkan diversifikasi produk (buah, kayu, produk pertanian), peningkatan pendapatan, dan ketahanan ekologis. Pohon-pohonan juga dapat membantu dalam penyerapan karbon, berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim.

    Interaksi antara air pasang dan vegetasi menciptakan lingkungan mikro yang unik, mendukung produktivitas yang berkelanjutan di zona transisi darat-laut.

  19. Pengurangan Erosi Tanah di Wilayah Pesisir

    Keberadaan saluran pasang surut, vegetasi rawa, dan hutan mangrove yang didukung oleh siklus pasang surut membantu mengurangi erosi tanah di wilayah pesisir. Akar-akar tanaman menahan partikel tanah, mencegahnya terbawa oleh air atau gelombang.

    Sedimen yang dibawa oleh air pasang juga dapat mengisi kembali area yang tererosi, secara alami membangun kembali daratan, sebuah proses yang vital dalam geomorfologi pesisir.

    Pengurangan erosi tanah tidak hanya melindungi lahan pertanian yang ada tetapi juga membantu menjaga kualitas air di ekosistem sekitarnya. Sedimen yang tererosi dapat mencemari perairan, merusak habitat akuatik, dan mengurangi produktivitas perikanan.

    Oleh karena itu, pasang surut secara tidak langsung mendukung pertanian dengan mempertahankan integritas fisik lahan dan lingkungan sekitarnya.

  20. Sirkulasi Air untuk Mengurangi Akumulasi Limbah

    Pada sistem pertanian terintegrasi atau budidaya di lahan basah pesisir, pasang surut menyediakan sirkulasi air alami yang membantu melarutkan dan menghilangkan akumulasi limbah.

    Air yang masuk saat pasang dapat membawa oksigen dan mengencerkan konsentrasi polutan, sementara air yang surut dapat membawa limbah keluar dari sistem.

    Ini mengurangi risiko pencemaran dan menjaga lingkungan budidaya tetap sehat, sebagaimana diterapkan dalam desain biofilter alami.

    Sirkulasi ini sangat penting untuk menjaga kualitas air di saluran irigasi dan tambak, mencegah kondisi eutrofikasi atau anoksia yang merugikan.

    Dengan demikian, pasang surut berfungsi sebagai sistem “flush” alami yang secara terus-menerus membersihkan area pertanian dari produk sampingan metabolisme atau sisa pupuk, mendukung produktivitas jangka panjang tanpa intervensi kimia berlebihan.

  21. Peningkatan Produktivitas Lahan Gambut Pasang Surut

    Lahan gambut di wilayah pasang surut seringkali memiliki masalah keasaman tinggi dan nutrisi terbatas. Fluktuasi air pasang surut dapat membantu dalam pengelolaan kondisi ini.

    Air pasang yang bersifat lebih basa dapat membantu menetralkan keasaman gambut, sementara aliran air juga membantu melarutkan dan membawa keluar senyawa beracun.

    Ini meningkatkan kesesuaian lahan gambut untuk pertanian, seperti yang diteliti dalam pengelolaan lahan gambut berkelanjutan.

    Selain itu, deposisi sedimen dari air pasang dapat menambahkan mineral dan nutrisi ke dalam tanah gambut, meningkatkan kesuburannya.

    Dengan pengelolaan yang tepat, lahan gambut pasang surut yang sebelumnya kurang produktif dapat diubah menjadi area pertanian yang subur, mendukung budidaya padi atau tanaman lain yang beradaptasi dengan kondisi tersebut, sekaligus mengurangi risiko kebakaran gambut.

  22. Sumber Air Tawar saat Surut (Melalui Penampungan)

    Meskipun air laut asin, pada beberapa sistem estuari, air pasang dapat bercampur dengan air tawar dari sungai, menciptakan air payau.

    Pada saat surut, jika ada curah hujan atau aliran air tawar yang cukup dari daratan, air tawar dapat terkumpul di cekungan atau kanal yang telah diatur.

    Petani dapat memanfaatkan momen ini untuk menampung air tawar yang relatif bersih untuk keperluan irigasi, sebuah teknik yang dikenal di beberapa delta sungai.

    Manajemen pintu air atau bendungan sederhana dapat digunakan untuk menyimpan air tawar ini selama periode surut, menjadikannya sumber air yang dapat diandalkan untuk irigasi saat diperlukan.

    Ini sangat berguna di daerah dengan ketersediaan air tawar yang terbatas, memungkinkan pertanian untuk berlanjut bahkan di musim kemarau atau saat pasokan air permukaan lainnya tidak memadai.

  23. Pengendalian Gulma Melalui Fluktuasi Air

    Siklus pasang surut dapat berperan sebagai mekanisme pengendalian gulma alami. Fluktuasi periodik antara kondisi tergenang dan kering dapat menghambat pertumbuhan gulma tertentu yang tidak toleran terhadap perubahan kondisi hidrologi ekstrem.

    Gulma yang beradaptasi dengan kondisi terestrial mungkin tidak dapat bertahan hidup saat terendam air pasang, dan sebaliknya, gulma air mungkin tidak bertahan saat surut, seperti yang diamati dalam agroekologi lahan basah.

    Strategi ini mengurangi kebutuhan akan herbisida kimia, menghemat biaya dan meminimalkan dampak lingkungan.

    Dengan memahami pola adaptasi gulma terhadap siklus pasang surut, petani dapat mengatur jadwal tanam dan pengelolaan air untuk secara efektif menekan pertumbuhan gulma, memungkinkan tanaman budidaya untuk tumbuh lebih optimal dan mengurangi persaingan sumber daya.

  24. Membantu Proses Desalinasi Alami di Beberapa Area

    Di beberapa area pesisir, interaksi kompleks antara air pasang, air tanah tawar, dan struktur geologi dapat memfasilitasi proses desalinasi alami.

    Saat air pasang surut, pergerakan air dapat membantu membilas garam dari lapisan tanah atas, terutama jika ada sumber air tawar di bawah permukaan atau infiltrasi hujan.

    Proses ini secara bertahap mengurangi salinitas tanah, menjadikannya lebih cocok untuk pertanian, sebagaimana dibahas dalam hidrogeologi pesisir.

    Meskipun tidak seefisien desalinasi buatan, proses alami ini memberikan manfaat jangka panjang bagi kesuburan lahan pertanian di wilayah pesisir.

    Dengan manajemen drainase yang tepat, petani dapat mempercepat proses pembilasan garam ini, memungkinkan budidaya tanaman yang lebih sensitif terhadap garam di area yang sebelumnya dianggap terlalu asin.

    Ini menunjukkan kapasitas alami ekosistem pasang surut untuk mendukung pertanian.

Artikel Terkait

Bagikan:

Artikel Terbaru