Ketahui 16 Manfaat Sabun Cuci Piring untuk Wajah, Mengatasi Jerawat Membandel! – E-Journal

aisyiyah

Produk pembersih yang dirancang khusus untuk menghilangkan sisa makanan dan lemak dari peralatan dapur memiliki karakteristik kimiawi yang sangat berbeda dengan pembersih wajah.

Eksplorasi mengenai potensi keuntungan dari penggunaan formulasi semacam ini pada kulit wajah memerlukan analisis mendalam terhadap komposisi dan dampaknya pada fisiologi kulit.

Secara umum, sabun pencuci piring diformulasikan dengan surfaktan kuat dan agen degreasing yang efektif untuk mengatasi kotoran dan minyak yang membandel pada permukaan non-biologis, berbeda dengan kebutuhan sensitif kulit manusia yang memiliki barier pelindung alami.

Oleh karena itu, diskusi mengenai “manfaat sabun cuci piring untuk wajah” akan berfokus pada sifat-sifat intrinsik sabun cuci piring yang mungkin disalahpahami sebagai keuntungan bagi kulit, serta tinjauan ilmiah terhadap konsekuensi sebenarnya dari aplikasi tersebut.

manfaat sabun cuci piring untuk wajah

  1. Daya Pembersih Lemak yang Sangat Kuat:

    Sabun cuci piring diformulasikan dengan konsentrasi surfaktan anionik yang tinggi, seperti natrium lauril sulfat (SLS) atau natrium lauret sulfat (SLES), yang sangat efektif dalam melarutkan dan mengemulsi lemak serta minyak.

    Properti ini seringkali disalahartikan sebagai kemampuan untuk membersihkan minyak berlebih pada wajah secara mendalam, terutama bagi individu dengan kulit sangat berminyak atau rentan berjerawat.

    Efisiensi degreasing ini memang luar biasa untuk permukaan non-hidup, menjadikannya pilihan yang kuat untuk membersihkan peralatan dapur.

    Namun, efektivitas yang sama pada kulit wajah dapat merusak barier lipid alami kulit yang esensial, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian mengenai integritas barier kulit oleh Elias dan Feingold (2006) di Journal of Investigative Dermatology.

    Pengangkatan sebum secara berlebihan ini dapat memicu kulit menjadi sangat kering, iritasi, kemerahan, dan bahkan memicu produksi minyak berlebih sebagai respons kompensasi dari kelenjar sebaceous, memperburuk kondisi kulit berminyak atau berjerawat dalam jangka panjang.

  2. Sifat Antibakteri dan Antiseptik (Persepsi):

    Beberapa sabun cuci piring mengandung agen antibakteri untuk memastikan kebersihan peralatan dapur dari bakteri penyebab penyakit.

    Properti ini mungkin membuat sebagian orang berasumsi bahwa sabun cuci piring dapat membantu memerangi bakteri penyebab jerawat, seperti Propionibacterium acnes (sekarang disebut Cutibacterium acnes), sehingga dianggap bermanfaat untuk mengatasi masalah jerawat.

    Pemahaman ini seringkali didasarkan pada logika bahwa jika suatu produk dapat membunuh bakteri di permukaan keras, maka ia juga akan efektif pada kulit.

    Meskipun beberapa formulasi memang memiliki sifat antibakteri, aplikasi agen antibakteri yang kuat dan non-spesifik pada kulit wajah dapat mengganggu mikrobioma kulit yang sehat.

    Keseimbangan mikroorganisme pada kulit sangat penting untuk kesehatan kulit, dan gangguan ini dapat menyebabkan disbiois yang justru memicu masalah kulit lainnya, termasuk peningkatan sensitivitas atau infeksi oportunistik, seperti yang diulas oleh Grice dan Segre (2011) dalam Nature Reviews Microbiology mengenai mikrobioma kulit manusia.


    manfaat sabun cuci piring untuk wajah
  3. Kemampuan Menghilangkan Bau (Tidak Relevan untuk Wajah, tapi Properti):

    Sabun cuci piring dirancang untuk menghilangkan bau tidak sedap yang menempel pada peralatan makan akibat sisa makanan atau minyak basi. Kemampuan ini berasal dari formulasi surfaktan yang dapat mengikat dan melarutkan molekul penyebab bau.

    Dalam konteks pembersih, ini adalah fitur yang diinginkan untuk peralatan dapur.

    Namun, properti ini tidak memiliki relevansi langsung atau manfaat positif untuk kulit wajah, karena bau pada kulit wajah biasanya bukan masalah utama dan seringkali terkait dengan kondisi kulit atau kebersihan yang dapat diatasi dengan pembersih wajah yang diformulasikan secara khusus.

    Penggunaan produk dengan agen penghilang bau kuat pada wajah justru berpotensi menyebabkan iritasi atau alergi pada kulit sensitif, karena banyak agen penghilang bau mengandung pewangi sintetis atau bahan kimia keras lainnya.

  4. Efek Busa Melimpah:

    Banyak sabun cuci piring menghasilkan busa yang melimpah saat dilarutkan dalam air, yang secara psikologis sering dikaitkan dengan efektivitas pembersihan yang mendalam.

    Konsumen sering merasa bahwa semakin banyak busa yang dihasilkan, semakin bersih permukaan yang dicuci, dan persepsi ini mungkin meluas ke penggunaan pada kulit wajah.

    Surfaktan kuat dalam formulasi memang dirancang untuk menghasilkan busa yang stabil dan banyak untuk membantu proses pencucian.

    Meskipun busa melimpah dapat memberikan sensasi “bersih”, jumlah busa tidak selalu berkorelasi langsung dengan efektivitas pembersihan atau keamanan produk untuk kulit.

    Surfaktan yang menghasilkan busa berlebihan pada sabun cuci piring cenderung bersifat iritatif bagi kulit, karena kemampuannya untuk mengikat protein dan lipid dari stratum korneum.

    Penggunaan berulang dapat mengikis barier kulit dan menyebabkan kekeringan serta sensasi tertarik, bertentangan dengan prinsip perawatan kulit yang sehat seperti yang dijelaskan oleh Draelos (2010) dalam bukunya Cosmetic Dermatology.

  5. Harga Terjangkau:

    Sabun cuci piring umumnya tersedia dengan harga yang sangat terjangkau dibandingkan dengan produk pembersih wajah yang diformulasikan secara khusus.

    Aspek ekonomis ini seringkali menjadi daya tarik bagi individu yang mencari alternatif pembersih wajah yang lebih hemat biaya. Ketersediaan yang luas di pasaran juga menambah kemudahan aksesibilitas.

    Meskipun biaya rendah adalah keuntungan finansial, penggunaan produk yang tidak sesuai dengan peruntukannya dapat menimbulkan biaya kesehatan yang lebih besar di kemudian hari.

    Potensi kerusakan barier kulit, iritasi kronis, atau memburuknya kondisi kulit yang ada mungkin memerlukan penanganan medis atau penggunaan produk perawatan kulit yang lebih mahal untuk perbaikan, sehingga keuntungan finansial awal menjadi tidak signifikan atau bahkan merugikan dalam jangka panjang.

  6. Ketersediaan Luas:

    Produk sabun cuci piring sangat mudah ditemukan di hampir setiap toko kelontong, supermarket, atau minimarket, menjadikannya pilihan yang sangat mudah diakses oleh siapa saja, kapan saja.

    Kemudahan dalam mendapatkan produk ini mungkin menjadi alasan praktis bagi sebagian orang untuk menggunakannya sebagai pembersih wajah, terutama dalam situasi darurat atau ketika produk pembersih wajah khusus tidak tersedia.

    Kemudahan aksesibilitas ini, meskipun praktis, tidak seharusnya menjadi dasar untuk mengabaikan perbedaan fundamental dalam formulasi dan tujuan penggunaan produk.

    Produk perawatan kulit wajah dirancang dengan mempertimbangkan pH kulit, jenis surfaktan yang lembut, serta bahan pelembap dan penenang untuk menjaga kesehatan barier kulit, yang sama sekali tidak menjadi prioritas dalam formulasi sabun cuci piring.

    Konsumen perlu memahami bahwa kemudahan akses tidak menjamin keamanan atau efektivitas untuk aplikasi yang salah.

  7. Potensi untuk Mengeringkan Jerawat (Persepsi Awal):

    Bagi sebagian individu yang berjuang dengan jerawat meradang, sifat pengering yang kuat dari sabun cuci piring mungkin dianggap dapat “mengeringkan” jerawat dan mempercepat penyembuhannya.

    Surfaktan keras dalam sabun cuci piring memang dapat menghilangkan sebum dan minyak dari permukaan kulit secara agresif, yang secara sekilas dapat memberikan kesan bahwa jerawat menjadi lebih kering dan tidak terlalu berminyak.

    Namun, proses pengeringan yang berlebihan ini bukan solusi yang efektif atau aman untuk jerawat. Pengeringan ekstrem dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, dan pengelupasan kulit, serta merusak barier kulit yang sudah terganggu pada kulit berjerawat.

    Kerusakan barier ini justru dapat memperburuk peradangan, memicu produksi sebum kompensasi, dan meningkatkan risiko infeksi sekunder, berlawanan dengan tujuan pengobatan jerawat yang berfokus pada keseimbangan dan kesehatan kulit, seperti yang diuraikan oleh Leyden et al.

    (2017) dalam Journal of the American Academy of Dermatology.

  8. Rasa “Bersih Kesat”:

    Setelah mencuci wajah dengan sabun cuci piring, kulit seringkali terasa “kesat” atau sangat bersih, tanpa ada residu berminyak sama sekali.

    Sensasi ini seringkali disalahartikan sebagai indikator pembersihan yang mendalam dan menyeluruh, memberikan kepuasan instan bagi sebagian pengguna.

    Rasa kesat ini adalah hasil langsung dari pengangkatan total lipid dan kelembaban alami dari permukaan kulit oleh surfaktan agresif.

    Sensasi “bersih kesat” sebenarnya merupakan indikator bahwa barier kulit telah terganggu dan kelembaban alami kulit telah terlucuti secara berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan kulit menjadi kering, kencang, dan rentan terhadap iritasi atau sensitivitas.

    Kulit yang sehat seharusnya terasa lembut dan lembap setelah dicuci, bukan kesat, karena barier kulit yang utuh adalah kunci untuk menjaga hidrasi dan melindungi dari patogen lingkungan, sebagaimana dijelaskan oleh Rawlings dan Harding (2004) dalam International Journal of Cosmetic Science.

  9. Penggunaan dalam Kondisi Darurat (Situasional):

    Dalam situasi yang sangat mendesak atau darurat, ketika tidak ada pembersih wajah lain yang tersedia, sabun cuci piring mungkin menjadi satu-satunya pilihan yang ada untuk membersihkan wajah.

    Kondisi ini bisa terjadi saat bepergian atau dalam situasi yang tidak terduga, di mana akses ke produk perawatan pribadi yang sesuai sangat terbatas. Dalam skenario ini, keberadaan sabun cuci piring mungkin dipandang sebagai penyelamat sementara.

    Meskipun dapat digunakan sebagai solusi sementara dalam keadaan darurat ekstrem, penggunaan ini harus dihindari sebisa mungkin dan tidak boleh menjadi kebiasaan.

    Efek negatif pada kulit, seperti kekeringan parah atau iritasi, kemungkinan besar akan terjadi bahkan setelah satu kali penggunaan.

    Prioritas utama harus tetap pada penggunaan produk yang dirancang khusus untuk kulit wajah segera setelah kondisi memungkinkan, untuk meminimalkan potensi kerusakan pada barier kulit dan menjaga kesehatan kulit jangka panjang.

  10. Tidak Mengandung Pewangi/Pewarna Tertentu (untuk Varian Tertentu):

    Beberapa varian sabun cuci piring dipasarkan sebagai “bebas pewangi” atau “bebas pewarna”, yang mungkin menarik bagi individu dengan kulit sensitif atau alergi yang mencoba menghindari bahan-bahan tambahan yang berpotensi iritatif.

    Persepsi ini adalah bahwa formulasi yang lebih “sederhana” atau “alami” akan lebih lembut bagi kulit. Pilihan varian ini seringkali dipilih untuk meminimalkan risiko reaksi alergi terhadap aditif umum.

    Meskipun absennya pewangi atau pewarna tertentu dapat mengurangi risiko iritasi dari aditif tersebut, ini tidak menghilangkan potensi iritasi dari surfaktan dan agen pembersih utama yang ada dalam sabun cuci piring.

    Bahan-bahan ini, seperti SLS atau SLES, secara inheren bersifat iritatif bagi kulit manusia, terlepas dari keberadaan pewangi atau pewarna.

    Oleh karena itu, klaim “bebas pewangi” pada sabun cuci piring tidak menjamin keamanannya untuk penggunaan pada kulit wajah, karena komponen pembersih utamanya tetap dirancang untuk kinerja pada peralatan, bukan pada kulit, seperti yang diuraikan oleh Frosch dan Kligman (1979) dalam studi klasik mereka tentang iritasi kulit.

  11. Mampu Mengangkat Residu Berat (Persepsi untuk Makeup Removal):

    Sabun cuci piring sangat efektif dalam mengangkat residu makanan yang berminyak dan membandel dari piring.

    Properti ini dapat membuat sebagian orang berasumsi bahwa sabun ini juga sangat efektif untuk menghilangkan makeup tebal, terutama makeup waterproof atau alas bedak yang sangat menempel, memberikan sensasi pembersihan yang menyeluruh.

    Kekuatan pembersihannya dianggap sebagai solusi cepat untuk membersihkan wajah dari kosmetik berat.

    Kekuatan pengangkatan residu berat ini pada dasarnya adalah kemampuan degreasing yang sangat tinggi, yang justru berbahaya bagi kulit wajah.

    Surfaktan kuat yang digunakan untuk melarutkan residu minyak pada peralatan akan melucuti minyak alami dan barier pelindung kulit, menyebabkan kekeringan ekstrem, iritasi, dan bahkan kerusakan pada barier kulit.

    Pembersih makeup yang diformulasikan khusus dirancang untuk mengangkat kosmetik tanpa mengganggu keseimbangan pH atau barier lipid kulit, suatu aspek yang tidak dipertimbangkan dalam desain sabun cuci piring.

  12. Penggunaan dalam Konteks Non-Kulit (Sebagai Agen Pembersih Umum yang Kuat):

    Dalam beberapa konteks non-dermatologis, seperti di laboratorium atau industri, komponen-komponen tertentu dalam sabun cuci piring atau surfaktan serupa dapat digunakan sebagai agen pembersih atau disinfektan untuk permukaan non-biologis.

    Pemahaman akan efektivitasnya di lingkungan ini mungkin secara keliru diterjemahkan sebagai indikasi keamanannya untuk kulit, atau kemampuannya untuk “steril” atau “sangat bersih”. Ini menunjukkan bahwa formulasi tersebut memiliki kekuatan pembersih yang signifikan.

    Namun, efektivitas pada permukaan non-biologis tidak dapat diekstrapolasi langsung ke kulit manusia. Kulit memiliki struktur kompleks, pH asam (sekitar 4.5-5.5), dan mikrobioma yang rapuh yang sangat berbeda dengan permukaan keras.

    Produk yang aman untuk membersihkan kaca atau logam seringkali terlalu abrasif atau memiliki pH yang tidak sesuai untuk kulit, menyebabkan kerusakan barier, iritasi, dan perubahan pH yang merugikan.

    Penggunaan yang tidak tepat dapat mengganggu fungsi alami kulit dan memicu masalah dermatologis, seperti yang dibahas dalam literatur toksikologi dermatologi.

  13. Sebagai Bahan Pengemulsi Kuat:

    Sabun cuci piring mengandung agen pengemulsi yang sangat efektif, yang memungkinkan minyak dan air bercampur serta diangkat dari permukaan.

    Kemampuan mengemulsi ini adalah kunci dari efektivitas pembersihannya, memungkinkan sabun untuk mengurai lemak dan kotoran yang berbasis minyak.

    Properti ini seringkali dianggap sebagai kemampuan untuk membersihkan pori-pori tersumbat atau menghilangkan minyak berlebih secara efisien dari kulit.

    Meskipun kemampuan pengemulsi ini kuat, pada kulit wajah, ia dapat mengemulsi dan menghilangkan lipid esensial yang membentuk barier kulit pelindung.

    Penghilangan lipid ini menyebabkan peningkatan transepidermal water loss (TEWL), yang mengakibatkan kulit kering dan rentan terhadap iritan eksternal.

    Kulit membutuhkan keseimbangan lipid yang tepat untuk berfungsi sebagai barier yang efektif, dan agen pengemulsi yang terlalu kuat akan mengganggu keseimbangan ini, seperti yang diuraikan oleh Cork et al.

    (2009) dalam tinjauan mereka tentang fungsi barier kulit dalam Journal of Dermatological Science.

  14. Kemampuan Menghilangkan Noda Minyak Membandel:

    Sabun cuci piring sangat efektif dalam mengatasi noda minyak yang membandel pada pakaian atau permukaan dapur.

    Properti ini mungkin membuat sebagian individu berasumsi bahwa sabun ini dapat secara efektif menghilangkan noda atau minyak berlebih yang sangat membandel pada kulit wajah, seperti sisa lem riasan atau minyak berlebih yang sangat pekat.

    Kekuatan ini memberikan kesan bahwa ia dapat mengatasi masalah kulit yang “berat” sekalipun.

    Kekuatan untuk menghilangkan noda minyak yang membandel ini berasal dari konsentrasi surfaktan yang tinggi dan pH yang umumnya alkali, yang tidak sesuai untuk kulit wajah.

    Kulit wajah, dengan pH asam alaminya, akan mengalami gangguan keseimbangan saat terpapar produk alkali tinggi, yang dapat merusak mantel asam pelindung dan memicu iritasi serta peradangan.

    Penggunaan yang tidak tepat ini berpotensi menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kulit, jauh melebihi manfaat sesaat dari penghilangan noda, sebagaimana dicatat dalam penelitian tentang pH kulit dan barier oleh Lambers et al.

    (2006) di Skin Pharmacology and Physiology.

  15. Sifat Alkali Tinggi:

    Sebagian besar sabun cuci piring memiliki pH yang relatif tinggi atau alkali, yang membantu dalam proses saponifikasi lemak dan pengangkatan kotoran dari peralatan.

    pH alkali ini adalah salah satu faktor kunci yang membuat sabun cuci piring sangat efektif dalam membersihkan permukaan yang berminyak dan kotor. Beberapa orang mungkin menganggap pH tinggi ini sebagai indikator kekuatan pembersihan yang superior.

    Namun, pH alkali ini sangat tidak sesuai dengan pH alami kulit wajah yang cenderung asam (sekitar 4.5-5.5), yang dikenal sebagai “mantel asam” kulit.

    Paparan berulang terhadap pH yang tinggi dapat mengganggu mantel asam ini, merusak barier kulit, dan meningkatkan risiko kekeringan, iritasi, kemerahan, serta rentan terhadap infeksi bakteri dan jamur.

    Keseimbangan pH yang tepat sangat penting untuk fungsi barier kulit yang optimal, dan produk dengan pH yang tidak sesuai dapat secara signifikan mengganggu kesehatan kulit, sebagaimana dijelaskan oleh Ghasemi et al.

    (2018) dalam International Journal of Cosmetic Science mengenai pentingnya pH dalam formulasi produk kulit.

  16. Efek Deodoran (pada Permukaan, Bukan Kulit):

    Beberapa sabun cuci piring memiliki kemampuan untuk menghilangkan bau tidak sedap dari peralatan makan, berkat agen pembersih dan pewangi yang terkandung di dalamnya.

    Properti ini, meskipun tidak relevan secara langsung untuk kulit wajah, adalah karakteristik produk yang mungkin membuat sebagian orang secara keliru mengasosiasikannya dengan “kesegaran” atau “kebersihan” yang mendalam.

    Ini menunjukkan kemampuan produk untuk menetralisir atau menutupi bau.

    Aplikasi agen deodoran yang dirancang untuk permukaan keras pada kulit wajah dapat menyebabkan masalah serius. Banyak agen penghilang bau atau pewangi sintetis dalam sabun cuci piring bersifat alergenik dan iritatif bagi kulit manusia yang sensitif.

    Reaksi alergi atau iritasi dapat bermanifestasi sebagai dermatitis kontak, kemerahan, gatal, atau sensasi terbakar, yang jauh lebih merugikan daripada manfaat deodoran yang tidak relevan untuk kulit wajah.

    Kesehatan kulit harus menjadi prioritas utama, bukan sekadar sensasi kesegaran yang mungkin menyesatkan.

Artikel Terkait

Bagikan:

Artikel Terbaru